Aku menatap siluet punggung pria itu dari sudut ruang baca. Ia tampak sibuk di hadapan laptopnya. Jarinya sibuk berloncatan dari satu huruf, ke huruf yang lain. Dari satu tanda baca, ke tanda baca yang lain.
Aku tak tahu apa yang dia kerjakan, dan aku penasaran.
Perlahan aku dekati ia.
Ia tetap tidak sadar ketika aku telah berdiri tepat dibelakangnya.
'Ah, ternyata ia sedang menulis di blognya.' Pikirku.
Aku mengawasi dan membaca tulisan itu dalam diam.
"Jika hari ini aku mengunjunginya lagi. Aku pasti bahagia bisa melihatnya, menyentuhnya, membauinya, membelainya, dan mengecupnya.
Lalu ku ceritakan padanya soal kejadian tadi siang, ketika aku akhirnya dipromosikan menjadi Brand Manager dikantorku. Aku ceritakan juga bagaimana perasaanku, bahkan aku akan menceritakan detail ketika aku meloncat-loncat sambil meninju udara di toilet kantorku. Bagaimana reaksi Ibu ketika aku memberitahunya mengenai berita ini. Bagaimana ibu menatapku dengan mata berkaca-kaca, lalu memelukku. Aku bisa merasakan bahwa ia bangga, dan aku akan membuatnya lebih bangga dari itu.
Dan setelah itu, aku menemuinya. Menyampaikan hal yang sama.
Jika hari ini aku mengunjunginya, dia pasti tetap begitu cantik dan memukau, rambutnya tergerai membingkai wajahnya yang anggun dan menentramkan hati.
Jenis wajah yang saat melihatnya, kau tahu, kau tak akan kehilangan semangat ketika melihatnya.
Bahkan, walaupun baru ujung rambutnya saja yang terlihat.
Jika hari ini aku kembali mengunjunginya, aku semakin merindukannya. Padahal aku bertatap muka dengannya. Ketika kuceritakan padanya, ia tetap bergeming.
Seperti biasa.
Wajahnya tidak menunjukkan ekspresi apapun.
Jika hari ini aku memohon lagi untuk ke sekian juta kalinya pada Tuhan.
Kembalikan senyum diwajahnya.
Kembalikan tawanya dihidupku.
Kembalikan sorot mata teduhnya ketika menatapku.
Kembalikan sentuhan lembutnya di pipiku.
Kembalikan dia padaku.
Akankah Tuhan kabulkan?
Aku tidak pernah merasa sepenasaran ini selama hidupku.
Aku ingin tahu apa yang akan dia lakukan ketika mendengar berita ini...
Jika ia masih didunia yang sama denganku..."
Aku menjauh perlahan,
Menembus meja, kursi, buku, lampu, semua benda diruangan itu.
Kembali kesudutku, menangis dalam diam.
Ingin rasanya aku berteriak, mengguncang bahunya, dan memeluknya agar ia tahu aku ada di dekatnya. Karena aku tidak pernah kemana-mana...
Meski, garis waktu hidupku telah usai sejak 2 minggu yang lalu.
No comments:
Post a Comment